Tokoh Sains Edward Jenner Penemu Vaksin

Friday, June 15, 20120 comments

Edward jenner (1749-1823) adalah seorang dokter dari inggris yang menemukan vaksin untuk menyembuhkan penyakit cacar. Ia adalah tokoh yang meletakkan dasar bagi imunologi ( Ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh).

Cacar merupakan penyebab kematian terbesar di abad ke -18. jenner mengamati bahwa di antara pasienya, yang sebelumnya terkena cacar ringan dari hewan ternak, memiliki kekebalan yang lebih baik. Pada tahun 1796 ia memaparkan virus cacar ringan kepada seorang anak. Ketika anak itu dipaparkan virus cacar yang menyerang manusia, anak itu tidak tertular. Ia menerbitkan hasil penemuannya itu dan menjadi kerkenal sebagai penemu vaksinasi. Ia juga yang memperkenalkan istilah virus.


 Vaksin
Melalui penerangan bioteknologi, berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus telah dapat dihindari dengan menggunakan vaksin. Vaksin bekerja efektif terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen, termasuk virus.
Prinsip dasar dari penggunaan vaksin adalah tubuh menghasilkan antibody untuk melawan serangan virus. Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme antigen (missal virus atau bakteri pathogen) yang permukaanya atau toksinnya telah dimatikan atau dilemahkan. Pemberian vaksin (Vaksinasi) menyebabkan tubuh bereaksi membentuk antibody, sehingga kebal terhadap infeksi pathogen di kemudian hari.

Pembuatan Vaksin

Pada awalnya, vaksin dibuat secara konvensional. Sejarah mencatat berbagai penemuan vaksin yang mencegah berbagai penyakit pandemic. Tahun 1796, Edward Jenner menemukan vaksin untuk penyakit cacar air.
Tahun 1885, Louis Pasteur menemukan vaksin untuk Rabies. Kemudian di ikuti penemu vaksin untuk penyakit lainnya.
Beberapa tipe vaksin yang dibuat melalui metode konvensional adalah sebagai berikut :
1. Vaksin yang berasal dari pathogen yang telah dimatikan oleh bahan kimia atau oleh pemanasan. Misalnya, vaksin influenza, kolera dan hepatitis A. tipe vaksin ini hanya membentuk respon kekebalan sementara.
2. Vaksin yang berasal dari pathogen yang dilemahkan . misalnya, vaksin campak dan vaksin gondong. Tipe vaksin ini menimbulkan respons kekebalan yang lebih lama masanya.
3. Vaksin yang berasal dari senyawa patogenik mikroorganisme yang dibuat tidak aktif. Misalnya, vaksin tetanus dan difteri.

Akan tetapi, produksi vaksin secara konvensional tersebut menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan, seperti berikut ini.

1. Patogen yang digunakan untuk membuat vaksin mungkin masih melakukan proses metabolisme (pada mikroorganisme seperti bakteri)
2. Pathogen yang digunakan untuk membuat vaksin mungkin masih memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
3. Ada sebagian orang yang alergi terhadap sisa-sisa sel yang ditinggalkan dari produksi vaksin, meskipun sudah dilakukan proses pemurnian.
4. Orang-orang yang bekerja dalam pembuatan vaksin mungkin bersentuhan dengan pathogen, meskipun dicegah dengan pengaman (masker dan sarung tangan).

Untuk mengurangi resiko tersebut, sekarang ini dikembangkan pembuatan vaksin dengan menggunakan rekayasa genetika. Prinsip-prinsip rekayasa genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut.

1. Mengisolasi (memisahkan) gen-gen penyebab sakit dari virus / pathogen.
2. Menyisipkan gen-gen tersebut kedalam sel bakteri atau kultur sel hewan. Sel bakteri atau sel hewan yang telah disisipi gen itu disebut rekombinan.
3. Rekombinan tersebut akan menghasilkan antigen. Selanjutnya rekombinan akan dikultur, sehingga diperoleh antigen dalam jumlah banyak.
4. Antigen itu diekstraksi untuk digunakan sebagai vaksin.

Contoh vaksin yang telah dibuat dengan cara ini adalah vaksin untuk penyakit poliomyelitis, godong, cacar air, rubella, dan rabies.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | wartaONETV | wartaONETV Blog
Copyright © 2011. WARTAONETV - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by WartaONETV Template
Proudly powered by Blogger Privacy Police